Dalam menyusun kembali
ribuan ayat-ayat yang tersebar luas, upaya pengkodifikasian telah ditempuh dengan
memperhatikan berbagai pertimbangan. Termasuk di dalamnya adalah aspek
kemudahan yang telah diwariskan sebagai adanya system guru perampara.
Dalam melakukan
pengkodifikasian terdapat ilmu menulis,
ilmu menulis tersebut baru bnyak dipakai tidak lebih dari 100 SM sebagaimana
dapat dibuktikan dari penemuan prasati bahkan tidak bmungkin lebih dari 900 SM. Pendapat lain
mengatakan diperkirakan masa turunnya Weda antara tahun 2000 sampai dengan 1500
SM. Pada 1000 SM dan 800 SM.
Kalau kita perhatikan secara seksama mengenai isi samhita
yang ada sekarang tampak adanya metode dan sistem pengkodifikasiannya telah
dilakukan secara cermat dan terkoordinir dengn baik. Dalam kitab Brahmana
Purana, kita mendapatkan keterangan mengenai cara kodifikasi secara umum menurut
teori relatifitas, dikemukakkan bahwa Weda diturunkan pertama kali pada zaman
Treta Yuga, kemudian selama masa Treta Yuga, Weda dipelajari pada zaman
Dwapara. Kodifikasi dilakukan pada zaman Waiwastamanu oleh Bhagawan Byasa yang juga
dikenal Kresna Dwaipayana dan dibantu oleh para siswanya :
a. Bhagawan
Pulaha menghimpun Rg. Weda Samhita
b. Bhagawan
Jemini menghimpun Sama Weda Samhita
c. Bhagawan
Waisampayana menghimpun Yajur Weda Samhita
d. Bhagawan
Sumanta menghimpun Atharwa Weda Samhita
Penghimpunan ayat – ayat
suci didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :
a. Penghimpunan
berdasarkan umur mantra saat diturunkan
b. Penghimpunan
didasarkan atas pengelompokan isi dan peruntukannya
c. Penghimpunan
atas dasar resensi menurut keluarga Rsi yang menerima/ mengubahnya.
Untuk memahami ke 3
metode itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Penghimpunan
Berdasarkan Umur Mantra
Dari keempat weda,
Rg. Weda, Yajur Weda, Sama Weda dan Atarwa Weda para ahli berpendapat bahwa Rg.
Weda adalah Weda yang tertua dan sumber pertama untuk Weda-weda lainnya.
Dr. B.G. Tilak,
menduga bahwa Rg. Weda diturunkan sekitar tahun 4000 SM. Sedangkan para sarjana
Barat maupun Timur memperkirakan Rg. Weda diturunkan sekitar tahun 2000 SM.
Untuk menentukan
perkiraan tahun turunnya mantra-mantra Weda, banyak teori yang dipergunakan.
Selain itu, juga ditinjau dari aspek bahasa, astronomi, penentuan nama-nama
geografi dan nama-nama suku bangsa, serta tidak kalah pentingnya adalah
penemuan-penemuan arkeologi. Berdasarkan penemuan tersebut disimpulkan bahwa
Rg. Weda, Sama Weda, dan Atharwa Weda merupakan mantra -mantra yang disusun
setelah Rg. Weda. Umumnya ketiga Weda tersebut merupakan ulangan/titipan
kembali dari apa yang terdapat dalam Rg. Weda.
b. Penghimpunan
Didasarkan Atas Pengelompokan Isi Dan Peruntukannya
Kondifikasi Weda juga ditempuh dan
diupayakan atas dasar isi dan penggunaannya. Berdasarkan sistem pertimbangan
mentri dan luas ruang lingkup isisnya, malah jenis buku weda itu banyak. Weda
itu mencakup berbagai aspek kehidupan yang menyangkut manusia. Maharsi
Manu membagi jenis isi Weda itu kedalam dua kelompok besar yang di
sebut:
1. Weda Sruti
2. weda Smrti
Pembagian dalam dua jenis ini di
pakai selanjutnya untuk menambahkan semua jenis buku yang dikelompokan sebagai
kitab Weda baik secara tradisional maupun secara internasional ilmiah. Kelompok
Weda Sruti isinya hanya memuat wahyu sedangkan kelompok Smrti isinya adalah
sebagai ingatan kembali terhadap Sruti. Jadi Smrti merupakan, buku pedoman yang
isisnya tidak bertentangan denga Sruti, bila di bandingkan dengan ilmu
politik Sruti merupakan UUD nya Hindu
sedangkan Smrti adalah UU. pokok dan UU. pelaksanaanya adalah Nibandha. Kedua-
duanya merupakan sumber hukum yang mengikat yang harus di terima, oleh karena
itu ”Bagawan
Manu” menegaskan dalam Wedanya “Manawa dharmasasatra’’II 10. sebagai
berikut:
srutitsu weda wijneyo
dharmacastram tu wai smrti. te sartwarhawam imamsyo tabhyam dharmohi nirbo
bhau.
Artinya:
sasunguhnya
sruti (wahyu) adalah weda demikian pula smrti itu adalah darmasasatra, kedunya
harus tidak boleh diragukan dalam apapun juga karna kedunya adalah kitab suci
yang menjadi sumber dari agama hindu. (dharma).
1. Kelompok Sruti
Kata Sruti sesungguhnya berasal dari
bahasa sansekerta, dari akar kata Crt yang berarti mendengar langsung. Jadi
Weda Sruti adalah kelompok Weda yang di tulis oleh para Maharsi melalui
pendengaran langsung dari wahyu Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa.
Kelompok Weda Sruti menurut Bhagawan Manu merupakan Weda
yang sebenarnya ada Weda orisinal. Menurut sifat isisnya Weda ini di bagi atas
tiga bagian yaitu:
a. Bagian
Mantra
b.
Bagian Brahmana (Karma Kanda )
c.
Bagian Upanisad / Aryaka (Jnana Kanda )
a. Mantra
Bagian
mantra terdiri dari empat himpunan (Samhita) yang disebut Catur Weda Samhita, yaitu :
1)
Rg. Weda atau Rg. Wedasamhita
2)
Sama Weda atau Samawedasamhita
3)
Yayur Weda atau Yayurweda samhita
4)
Atharwa Weda atau Atharwawedasamhita
Dari
keempat kelmpok Weda itu, tiga kelompok pertama sering disebut-sebut sebagai
mantra yang berdiri sendiri. Karena itu disebut Trayi Weda atau “Tri Weda”.
Pengenalan Catur Weda hanya karena kenyataan Weda ini secara sistimatik telah
dikelompokkan atas empat Weda. Pembagian empat kelompok isi weda itu yaitu :
1)
Rg Weda Samhita ; merupakan kumpulan mantra-mantra yang
memuat ajaran-ajaran umum dalam bentuk pujaan.
2)
Sama Weda Samhita ; merupakan kumpulan
mantra-mantra yang memuat ajaran-ajaran umum mengai lagu-lagu pujaan.
3)
Yayur Weda Samhita ; merupakan
mantra-mantra yang memuat ajaran umum
mengenai pokop-pokok yajnya. Jenis Weda ini ada dua macam yaitu :
a. Yajur
Weda hitam (Kresna yajurweda) yang terdiri atas beberapa resensi antara lain:
Tatiriya samhita dan Maitrayanisamhita.
b. Yajur
Weda Putih (Sukla Yajurweda), yang juga disebut Maitraneyi samhita.
4)
Atharwa Weda Samhita; merupakan kumpulan
mantra-mantra yang memuat ajaran yang bersifat magis (Atharwan).
Kitab
Rg. Weda merupakan kumpulan dari ayat-ayat tertentu. Kitab ini dikumpulkan
dalam berbagai jenis resensi, seperti resensi Sakala, Baskala, Aswalayana,
Sankhayayana, dan Madukeya. Dari lima macam resensi ini yang masih terpelihara
adalah resensi Sakala, sedangkan resensi-resensi lainnya banyak yang tidak
sempurna lagi karena mantra-mantranya hilang.
Berdasarkan
resensi itu, Rg. Weda Samhita terdiri atas 1017 hymna atau 1028 mantra termasuk
bagian mantra Walakhitanya. Atau disebut pula terdiri atas 153826 kata-kata
atau 432000 suku kata.
Rg.
Weda terbagi atas 10 Mandala yang tidak sama panjangnya. Disamping pembagian
atau 10 Mandala, Rg. Weda pula dibagi atas 8 bagian yang disebut “Astaka”
Mandala 2-8 merupakan himpunan ayat-ayat dari keluarga-keluarga Maha Rsi
tunggal, sedangkan mandala 1, 9, dan 10 merupakan himpunan ayat-ayat dari
banyak maha Rsi.
Samaweda
terdiri atas mantra-mantra yang berasal dari Rg. Weda. Menurut penelitian Sama
Weda terdiri atas 1810 mantra, atau kadang-kadang ada yang mengatakan 1875.
Samaweda terbagi
atas dua bagian yaitu:
1) Bagian
Arcika terdiri atas mantra-mantra pujaan yang bersumber pada Rg. Weda
2) Bagian
Uttararcika, yaitu himpunan mantra-mantra yang bersifat tambahan. Kitab ini
terdiri atas beberapa buku nyanyian pujaan (gana). Dari kitab-kitab yang ada
yang masih dapat kita jumpai antara lain :
Ranayaniya, Kautama dan
Jaiminiya (Talawakara). Walaupun demikian didalam usaha penulisan kembali kitab
Samaweda itu telah diusahakan sedemikian rupa supaya tidak banyak yang hilang.
Yajur
Weda terdiri atas mantra-mantra yang sebagian besar besar berasal dari Rg.
Weda, ditambah dengan beberapa mantra tambahan baru. Tambahan ini umumnya
berbentuk prosa. Menurut Bhagawan Patanjali, kitab ini terdiri atas 101 resensi
yang sebagian besar sudah lenyap. Kitab ini terbagi atas dua aliran, yaitu :
1) Yajur
Weda hitam (krsna Yajur Weda). Kitab ini terdiri atas 4 resensi yaitu :
a. Katakhassamhita
b. Mapisthalakathasamhita
c. Maitrayamisamhita
d. Taithririyasamhita
(Terdiri atas dua aliran yaitu Apastamba dan Hiranyakesin)
2) Yajur
Weda Putih (Sukla Yajurweda, juga dikenal Wajasaneyi Samhita). Kitab ini
terdiri atas dua resensi yaitu:
a. Kanwa
dan
b. Madhayandina
Antara
kedua resensi itu hanya terdapat sedikit perbedaan Yayur Weda Putih ini terdiri
atas 1975 mantra yang isinya umumnya menguraikan berbagai jenis yajna besar
seperti : Wajapeya, Rajasuya, Asmawedha
dan berbagai jenis yajna lainnya. Bagian terakhir dari Weda ini memuat
ayat-ayat yang kemudian dijadikan Isopanisad.
Perbedaan
pokok antara Yajur Weda Putih dengan Yajur Weda Hitam hanya sedikit saja. Yajur
Weda putih terdiri atas mantra-mantra dan doa-doa yang harus diucapkan pendeta
di dalam upacara, sedangkan mantra-mantra di dalam Yajurweda hitam terdapat
pula mantra-mantra yang menguraikan arti Yajna. Bagian terakhir ini merupakan
bagian tertua dari Yayur Weda itu. Didalam Weda ini kita jumpai pula
pokok-pokok upacara “Darsapurnamasa” yaitu:
upacara yang harus dilakukan pada saat-saat bulan purnama dan bulan gelap,
disamping berbagai jenis upacara-upacara besar yang penting artinya dilakukan
setiap harinya.
Atharwa Weda yang
disebut atharwawedangira, merupakan kumpulan-kumpulan mantra-mantra yang juga
banyak berasal dari Rg. Weda. Kitab ini memiliki 5987 mantra (puisi dan prosa).
Kitab ini terpelihara dalam dua resensi yaitu :
1.
Resensi
Saunaka. Resensi ini paling terkenal dan terbagi atas 21 buku
2.
Resensi
Paipplada
b. Bagian
Brahmana (Karma Kanda)
Bagian
kedua yang terpenting dari kitab Sruti ini adalah bagian yang disebut
“Brahmana” atau “Karma Kanda”. Himpunan buku-buku ini disebut Brahmana.
Tiap-tiap mantra (Rg. Weda, Sama Weda, Yajur Weda dan Atharwa Weda) memiliki
Brahman. Brahmana berarti doa. Jadi kitab Brahmana adalah kitab yang berisi
himpunan doa-doa yang dipergunakan untuk keperluan upacara yajna. Kadang-kadang
Brahmana diartikan penjelasan yang menjelaskan arti kata ucapan mantra.
Kitab
Rg. Weda memiliki dua jenis buku Brahmana yaitu; Aitareya Brahmana dan
Kausitaki Brahmana ( Sankyana Brahmana). Kitab Brahmana yang pertama terdiri
atas 40 Bab, dan yang kedua terdiri atas 30 Bab.
Kitab Samaweda memiiki kitab Tandnya Brahmana
yang juga sering dikenal dengan nama “Pancawisma”. Kitab ini memuat legenda
(ceritera-ceritera kuno) yang dikaitkan dengan upacara Yajna. Disamping itu ada
pula “ Sadwisma Brahmana” Kitab ini terbagi atas 25 buku dimana bagian terakhir
yang terkenal adalah kitab: “Adhuta Brahmana” merupakan jenis “Wedangga” yang memuat
mengenai ramalan-ramalan dan penjelasan mengenai berbagai mujizat.
Kitab Yajur weda memiliki beberapa kitab
“Brahmana” Yajur Weda hitam (krsna Yajur Weda)
memiliki Taittiriya Brahmana.
Yajur Weda putih (Sukla Yajurweda) memiliki
Satapatha Brahmana. Nama ini disebut demikian karena kitab ini terdiri atas 100
adhyana. Bagian terakhir dari kitab ini merupakan sumber bagian kitab
“Brhadaranyakapanisa”. Di dalam kitab Brahmana ini mula-mula kita jumpai
ceritra Sakuntala, Pururawa, Urwasi dan ceritra-ceritra tenyang ikan.
AtharwaWeda ini memiliki kitab “Gopatha
Brahmana”.
c.
Bagian
Upanisad/Aranyaka
Aranyaka atau Upanisad adalah himpunan
mantra-mantra yang membahas berbagai aspek teori mengenai ke Tuhanan. Himpunan
ini merupakan bagaian teori mengenai ke Tuhanan. Himpunan ini merupakan bagian
Jnana Kanda dari pada Weda Sruti.
Sebagaimana
halnya dengan tiap-tiap mantra memiliki kitab Brahmana. Demikian pula tiap-tiap
mantra memiliki kitab-kitab Aranyaka atau Upanisad. Kelompok kitab-kitab ini
disebut rahasya Jnana karena isinya membahas hal-hal yang bersifat rahasia.
Di dalam
penelitian berbagai naskah kitab suci Hindu Dr G. Sriniwasa Murti didalam
introdusi kitab Saiwa Upanisad mengemukakan bahwa tiap-tiap sakha (cabang ilmu)
weda merupakan satu upanisad. Dari catatan yang ada :
1.
Rg. Weda
terdiri dari 21 sakha
2.
Sama Weda
Terdiri atas 1000 sakha
3.
Yajur
Weda terdiri atas 109 sakha
4.
Atharwa
Weda terdiri atas 50 sakha
Berdasarkan jumlah sakha itu, yaitu1180
sakha, maka jumlah upanisad seyogyanya ada banyak 1180 buah buku tetapi
berdasarkan catatan Muktikopanisad, Jumlah upanisad yang disebut secara tegas
adalah sebanyak 108 buah buku. Adapun perincian dari pada kitab-kitab Upanisad
itu adalah sebagai berikut ;
1.
Upanisad
yang tergolong jenis Rg. Weda yaitu antara lain :
Aitreya, Kausitaki, Nada-bindu, Atmaprabedha,
Nirwana, Mudgala, Aksamalika, Tripura, Saubhagya, dan Bwahrca Upanisad, yang
semuanya berjumlah sepuluh upanisad.
2.
Upanisad
yang tergolong jenis sama Weda yaitu antara lain :
Kena, Chandogya, Aruni, Maitrayani, Maitreyi,
Wajrasucika, Yogacudamani, Wasudewa, Mahat, Sanyasa, Awyaka, Kondika, Sawitri,
Rudrasajabala, arsana dan Jabali. Semuanya berjumlah enam belas upanisad.
3.
Upanisad
yang tergolong jenis Yajur Weda, yaitu antara lain:
a.
Untuk
jenis Yajur Weda Hitam, terdiri atas
Kanthawali, Taittriyaka, Brahma, Kaiwalya,
Swetaswastara, Garbha, Narayana, Amrtabindu, Asartanada, Katagnirudra, Kausika,
Sarwasara, Sukharahasya, Tejebindu, Sakanda, Sariraka, Yogasikha, Ekaksara,
Aksi, Awadutha, Pranagnikotra, Wahara, Klaisandarana, dan Saraswatirahasya,
yang semuanya berjumlah tiga puluh dua upanisad.
b.
Untuk jenis Yajur Weda Putih terdiri dari :
Isawasya, Brhadaranyaka, Jabala, Hamsa,
Prramahamsa, Subata, Matrika, Niralambha, Trisikhibrahmana, Mandala brahamana,
Adwanyataraka, pinggalabhiksu, Turiyatita, Adhyatma, Tarasara, Yajnawalkya,
Satyayanidan Muktika. semuanya berjumlah Sembilan belas upanisad.
4.
Upanisad
yang tergolong jenis atharwa Weda, yaitu antara lain :
Prana, Munduka, Mandukya, Atharwasira,
Atharwa Sikha, Brhjjabala, Nrsimhatapini, Naradapariwrajaka, sita, Sarabha,
Mahanarayana, Ramarahsya, Ramatapini, Sandilya, Paramahamsapariwrajaka,
Annapurna, Surya, Atma, Pasupata, Parabrahma, Tripuratapini, Dewi, Bhawana,
Brahma, Gamapati, Mahawakya, Gopalatapini, Krsna, Hayagriwa, Dattatreya, dan
Garuda Upanisad.Semuanya berjumlah tiga puluh satu upanisad.
Dengan
memperhatikan deretan nama-nama kelompok Mantra, Brahmana, dan Upanisad diatas,
jelas bahwa kitab Sruti meliputi jumlah yang cukup banyak. Untuk mendalami
dharma,semua buku-buku itu adalah merupaka sumber utama dan kedudukannya mutlak
perlu dihayati.
2.
Kelompok
Smrti
Smrti
merupakan kitab suci agama hindu, sesudah Veda Cruti. Kitab Smrti memuat
tentang ajaran hukum agama Hindu, yang juga disebut Dharma atau Dharma Sastra.
Dharma berarti hukum, dan sastra berarti ilmu.
Dharma sastra berarti
ilmu hukum agama Hindu. Kata Smrti berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata
smrt (neuter) berarti ingatan, menjadi kata smrti (feminime) berarti : ingatan
kenangan, tradisi yang berwenang.
Kitab Smrti adalah
kitab suci Weda yang ditulis berdasarkan ingatan oleh para maharsi dari wahyu
Sang Hyang Widhi. Kitab Smrti memuat tentang ajaran hukum Agama Hindu yang disebut Dharma atau Dharmasastra.
Kitab Manawa Dharmasastra Bab II.10 menyebabkan
sebagai berikut :
Crutisto wedo Wijinoyo
dhamacastram tu wai smrti
te sarwarthes wamimamsye
tabhyam dharmohi
nirbabhau
Artinya
:
Yang dimaksud dengan
Sruti ialah Weda dan yang dimaksud dengan Smrti adalah Dharmasastra, kedua
macam pustaka suci ini tidak boleh diragukan kebenarannya mengenai apapun juga
karena, dari keduanya itu hukum yang pasti.
Kitab Sarasamuscaya 37,
menyebutkan sebagai berikut :
Cruti wedah samakhyato
dharmacastram tu wai
smrti,
te sarwarthes wamimamsye
tabhyam dharma winir
bhrtah
Hyang ujarekena sakareng,
Cruti ngaranya Sang Hyang Catur Weda, Sang Hyang Bharma sastra Smrti ngaranira.
Sang Hyang Cruti lawan Sang Hyang Smrti sira juga pramanakena, tutakena
warawarah nira, ringasingprayajona, jawat mangkana paripurna alep Sang Hyang
Dharma Prawnti.
Artinya:
Yang akan dibicarakan
sekarang, Sruti namanya Catur Weda, Dharmasastra namanya Smrti. Sruti dan
Smrti, keduanya supaya dijadikan jalan, supaya dituruti ajarannya untuk setiap
usaha, selama demikian halnya, maka sempurnalah dalam berbuat dharma.
Kitab Bhagavad Gita XVI, 23,
menyebutkan
yah sastrawidhim
ustrijyah
vartate kamakaratah
na sa siddhim avapnoti
na sukham naparam gatim
Artinya:
Tetapi
ia yang tidak menghormati ajaran – ajaran kitab suci sastra dan berbuat atas
golongan keinginan belaka tak mencapai kesempurnaan, kebahagiaan, dan tujuan
tertinggi.
Berdasarkan ketiga uraian di atas, dengan
jelas dapat kita pahami bahwa Smrti merupakan kitab suci agama hindu.
Smrti adalah kitab suci Weda yang ditulis
berdasarkan ingatan oleh para Maharsi bersumberkan pada Veda Cruti. Dengan demikian ini
kitab-kitab Smrti tidak boleh bertentangan denga Weda Cruti.
Kitab Smrti adalah merupakan kitab pendukung
dan penjelasan dari kitab Weda Cruti, yang ditulis oleh banyak Maharsi. Oleh
karena itu pergunakanlah kitab-kitab sastra sebagai petunjuk untuk menentukan
tentang segala sesuatu yang ahrus kita kerjakan dan untuk dapat mengetahui apa
yang patut kita kerjakan.
Beberapa kitab suci agama hindu termasuk
kitab Smrti antara lain ; Manawa Dharma Sastra, Sarasamucaya, Clokantara, Tatwa
Suksma, Bhrata yudha, Yoga Sutra, Ramayana, Niti Sastra, Cilakrama, Manu Smrti,
Yajnya pawitra dan Brahmanda Purana.
Kitab-kitab suci yang tergolong jenis Kitab
Smrti itu banyak jumlahnya, dann penulisanya pun banyak pula. Hal semacam
inidisebabkan oleh munculnya berbagai macam kebutuhan masyarakat ( umat Hindu )
yang diisaratkan oleh Veda dalam mencapai keadilan, keamanan, kesejahteraan,
dan kebahagiaan hidup.
Untuk dapat mengamalkan Veda secara benar di
dalam upaya mewujudkan tujuan hidup secara rohani dan jasmani, jenis
kitab-kitab Smrti perlu dipergunakan sebagai pedoman hidup (dipedomani).
Berdasarkan
kebiasaan yang telah berjalan, jenis kitab-kitab Smrti dikelompokkan menjadi
dua (2) kelompok besar, yaitu terdiri dari:
a. Kelompok
Vedangga
b. Kelompok
Upaweda
a.
Kelompok
Vedangga
Kitab
Vedangga, terdiri dari katan: Veda dan Angga bahasa (Sansekerta). Veda artinnya
ilmu pengetahuan suci, dan angga berarti bagian, anggota, badan, sumber, dasar.
Vedangga berarti batang tubuh dari
Veda . Untuk dapat mempelajari, memahami, dan mendalami veda dengan baik, kita
hendaknya terlebih dahulu mendalami vedangga .
Vedangga
sebagai kitab smrti, terdiri dari beberapa kitab, antara lain:
1. Siksa
( phoneka )
Siksa
adalah kitab vedangga yang isinya
mengurikan tentang petunjuk-petunjukk
tata cara mengucapkan mantra yang tepat sesuai dengan tinggi-rendahnya tekanan
suara
Untuk
dapat mengucapkan mantra ( weda Cruti ) dengan baik, fungsi kitab seksa ini
adalah sangat penting. Dalam hubungannya
dengan mempelajari mantra ( weda cruti ) kitab-kitab siksa, juga disebut dengan
nama Pratisakhya .
Adapun
kitab-kitab Pratisakhya yang masih sampai saat ini adalah :
a) Rg
veda Pratisakhya
b) Taittiriya
Pratisakhya Sutra
c) Wajasaneyi
Pratisakhya Sutra
d) Sama
Pratisakhya
e) Atharwa
weda Pratisakhya sutra
2. Wyakarana
( Tata Bahasa )
Kitab Wyakarana isinya menguraikan tentang tata bahasa,
untuk dapat mnghayati Veda dengan benar,
kecil kemungkinannya dapat diketahui, tanpa mengerti dan mengetahui tata
bahasanya. Oleh karenanya kitab Wyakarana ini memiliki fungsi yang sangat
penting di dalam mempelajari veda .
Para Maharsi yang mendalami tentang tata bahasa ( Veda )
adalah: Maharesi Sakatayana, Begawan Panini, Maharesi Patanjali, dan Begawan
Yaska.
Di antara orang suci tersebut di atas, yang terkenal
adalah Begawan Panini. Beliau menuliskan Kitab Asta Dhyayi dan Patajali Bahasa
.
Begawan Panini adalah orang suci yang pertama kali
mengenalkan bahasa Sansekerta popular ( bahasa yang dipergunakan oleh
masyarakat ) dan bahasa Daiwak yaitu
bahasa para Dewa – Dewa .
3. Chanda
( Lagu )
Candra adalah
cabang veda yang secara khusus membicarkan tentang aspek ikatan bahasa dalam
veda yang disebut lagu. Dalam mempelajari veda kita perlu mendalami kitab
chandra, karena bersumberkan pada pendalaman kitab Chandra semua ayat-ayat veda
dapat dipelajari secara turun temurun. Hal ini kita dapat persamakan dengan
berbagai macam nyayian yang dapat dinyayikan dan mudah dapat diingat .
Dari berbagai macam kitab-kitab Chandra, yang masih
terdapat utuh sampai sekarang ada dua
buah buku, yaitu: Midana sutra dan Chandra sutra. Kedua kitab ini dihimpun oleh
Begawan Pinggala.
4. Nirukta
Kitab-kitab Nirukta berisi tentang penafsiran otentik yang
berhubungan dengan kata-kata yang terdapat dalam veda. Kitab Nirukta ditulis
oleh Bhagawan Yaska pada tahun 800 SM.
Kitab Nirukta hasil karya Bagawan Yaska, isinya menguraikan tentang tidak macam
sesuatu hal, yaitu :
a)
Memuat
kata-kata yang memiliki arti sama atau Naighantuka Kanda.
b)
Memuat
kata-kata yang memiliki arti ganda atau disebut
Naighama kanda.
c)
Memuat
tentang nama-nama para Dewa yang ada di angkasa, bumi dan sorga atau disebut
Daiwatganda .
5.
Jyotisa
( Antronomi )
Kitab Jyotisa, isinya
yang utama adalah mengurakan tentang peredaran tata surya, bulan dan badan
angkasa lainnya yang dipandang dan
dianggap memiliki pengaruh dalam pelaksanaan yadnya.
Kitab Jyotisa adalah
kitab pendukung Veda, yang menguraikan tentang pokok-pokok pengetahuan dan
bidang astronomi .
Melalui pengetahuan
yang terdapat dalam kitab Jyotisa juga kita dapat memahami, bahwa bagaimana
veda mengajarkan kepada umatnya untuk dapat berhubungan secara harmonis dengan
alam dan lingkungannya berdasarkan yadnya .
Di antara kitab Jyotisa
, yang terdapat masih sampai sekrang adalah kitab Jyotisa Wedangga. Kitab ini
memiliki hubungan dengan kitab Veda Cruti , Rg Veda , Yajur Veda .
6.
Kalpa
Kitab Kalpa adalah
jenis kitab smrti ( vedangga ) yang isiya berhubungan dengan kitab Brahmana dan
kitab-kitab mantra .
Kitab Kalpa ini terdiri
dari beberapa bidang antara lain:
a.
Bidang Srauta
b.
Bidang Grhya
c.
Bidang dharma
d.
Bidag Suliwa
Dari
ke-4 (empat) bidang kitab kalpa tersebut diatas, kebanyakan diantaranya isinya
berhubungan dengan kitab-kitab Brahmana. Dan hanya sebagian kecil yang
berhubungan dengan kitab-kitab Mantra.
a) Kitab
Srauta
Kitab
srauta atau juga disebut Srauta Sutra, isinya
memuat berbagai macam ajaran mengenai tata cara melakukan yadnya. Tata
cara melakukan yadnya yang dimakusud antara lain tata cara upacara
yadnya, penebusa dosa dan lain-lain serta tata cara upacara yadnya yang
berhubungan dengan upacara keagaaman, baik dalam tingkatan upacara besar,
upacara kecil dan upacara harian (tiap-tiap hati).
b) Kitab
Grhya
Kitab
Grhaya juga disebut dengan nama Grhya Sutra. Kitab Grhya Sutra, isinya
menguraikan tentang berbagai ajaran mengenai aturan pelaksanaan yadnya yang
mesti dilaksanakan oleh orang-orang/masyarakat (Umat Hindu) yang telah hidup
berumah tangga.
Berhubungan
dengan kitab Srauta dan Grhya Sutra (kalpa)
terdapat kitab Sradha Kalpa dan Pitri Medha Sutra.
Kedua
kitab tersebut diatas (Sradha Kalpa dan Pitri Medha Sutra) isinya menguraikan
tentang pokok-pokok ajaran yang berhubungan dengan tata cara upacara untuk
arwah orang-orang yang telah meninggal dunia.
Disamping
itu pula terdapat kitab: Prayas Cita Sutra sebagai pendukung dari kitab waitana
Sutra (Atharwa weda).
c) Kitab
Dharma Sutra
Kitab
Dharma Sutra, isinya menguraikan tentang berbagai macam aspek mengenai peratura
hidup bermasyarakat dan bernegara.
Kitab
Dharma Sutra juga disebut Dharma Sartra. Kitab Dharma Sutra dipandang sebagai
kitab yang sagat penting diantara kitab-kitab jenis kalpa. Karena dipandang
sangat penting, maka terdapatlah kesan bahwa Veda Smrti itu adalah Dharma
Sastra.
Di
antara orang suci yang disebut sebagai penulis
kitab Dharma Satra adalah Bhgawan Manu,
Bhgawan Apastamba, Bhgawan Bhaudyana, Bhgawan harita, Bhgawan Wisnu,
Bhgawan Wasistha, Bhgawan Waikanasa, Bhgawan Sanskha, Bhgawan yajnawalkya,
Bhgawan Parasara.
Dari
nama-nama para orang suci penulis Dharma Sastra tersebut diatas, yang paling
terkenal adalah Bhgawan Manu. Karya sastra beliau di bidang Manawa Dharma Satra
ditulis oleh Bhgawan Bhrgu. Ajaran yang termuat dalam kitab Manawa Dharma
Sartra yang ditulis oleh Bhgawan Bhrgu menyebar di seluruh peloso dunia,
seperti di India, di Campa, Kamboja, Thailand, dan sampai di Indonesia.
Agama Hindu mengajarkan kepada umatnya,
bahwa dalam hidup dan kehidupan kita ini, dilalui oleh empat zaman atau disebut
Catur Yuga. Bhagawan Sankhalikhita, bahwa masing-masing juga dari Catur Yuga
mempunyai Dharma Sastranya tersendiri, seperti :
(1)
Pada masa Satya / Krtha Yuga berlaku kitab
Manawa Dharma Sastra karya sastra dari
Bhagawan Manu.
(2)
Pada masa Trita Yuga berlaku kitab Dharma
Sastra yang ditulis oleh Bhagawan Yajnawalkhya.
(3)
Pada masa Dwapara Yuga berlaku kitab
Dharma Sastra buah karya Bhagawan Sankha Likhita.
(4)
Pada masa Kaliyuga dipergunakanlah Dharma
Sastra yang ditulis oleh Bhagawan Parasara.
Diantara
keempat Kitab Dharma Sastra tersebut, yang diterapkan untuk masing-masing
bagian Catur Yuga adalah memiliki sifat saling mengisi atau melengkapi diantara
satu dengan yang lainnya.
d) Kitab
Suliwa Sutra
Kitab
Suliwa Sutra adalah merupakan bagian dari kitab-kitab Kalpa.
Kitab
Suliwa Sutra ini, isinya memuat tentang petunjuk dan peraturan-peraturan
mengenai tata cara membuat dan mendirikan tempat suci untuk beribadat (Pura
Candi), bangunan-bangunan lainnya yang berhubungan dengan arsitektur.
Kitab
Suliwa Sutra memiliki beberapa buku,antara lain: Kitab Silpa Sastra, Kitab
Kautuma, Kitab Wastu Widya, Kitab Manasara, Kitab Wisnu Dharmotara Purana, dan
sebagainya.
b.
Kelompok
Upaweda
Kitab-kitab
Upaweda merupakan kitab kelompok kedua dari Veda Smrti, setelah kitab-kitab Vedangga.
Kata Upaweda berasal dari kata
Sansekerta, yang terdiri dari dua kata, yaitu: kata Upa dan Veda. Kata “Upa“
dapat diartikan “dekat” dan kata “Veda” berarti pengetahuan suci ( kitab suci).
Upaweda
berarti dekat dengan Veda ( Pengetahuan Suci). Upaweda juga diartikan Veda
tambahan.
Kitab Upaweda memiliki fungsi sama
pentingnya dengan kitab-kitab Smrti yang lainnya.
Kitab Upaweda terdiri dari beberapa
cabang ilmu, antara lain :
1) Itihasa
Kitab Itihasa dikelompokkan
dalam kitab-kitab Upaweda. Kata Ityihasa terdiri dari tiga suku kata, yakni
“Iti-ha-sa” yang artinya “sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya. Nama
Itihasa pada mulanya diberikan oleh penulis kitab Mahabhrata pada bagian
Adiparwa yaitu Bhagawan Wiyasa. Itihasa adalah sebuah epos yang menceritakan
sejarah perkembangan raja-raja dan kerajaan Hindu dimasa lampau. Itihasa adalah
karya sastra yang bersifat spiritual, dimana ceritanya penuh dengan filsafat,
roman, kewiraan dan mitologi. Kitab Itihasa terdiri dari kitab Ramayana (
terdiri dari 7 kanda) dan Mahabhrata (terdiri dari 18 parwa).
2) Purana
Kitab Purana adalah bagian dari
kitab-kitab Upaweda. Kitab Purana berisikan berbagai macam cerita dan
keterangan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku pada zaman dahulu kala (kuno).
3) Artha
Sastra
Kitab Artha Sastra ini
berisikan tentang pokok-pokok pemikiran bidang ilmu politik. Artha sastra
sebagai bagian dari kitab Upaweda, ditulis oleh Bhagawan Brhaspati. Jejak
beliau didalam tulis menulis kitab-kitab “ Artha sastra” diikuti oleh Maharesi
Kautilya ( Canakhya).
Disamping Maharesi Kautilya
yang mengikuti Bhagawan Brhaspati dalam menulis kitab-kitab Artha Sastra, ada
juga bhagawan lainnya, seperti: Bhagawan Usana dan Bhagawan Parasara, Danding,
Wisnugupta, Bharadwaja dan Wisalaksa.
Kitab-kitab yang tergolong
kitab Artha Sastra yang lainnya adalah Niti Sastra atau Rajadharma (
Dandaniti). Jenis kitab Artha Sastra yang digubah di Indonesia adalah jenis
Uasana dan Niti Sastra, serta Sukraniti.
4) Ayur
Weda
Kitab Ayur Weda kelompok kitab
Upaweda yang isinya menguraikan tentang bidang ilmu kedokteran atau kesehatan
baik rohani maupun jasmani.
Adapun nama kitab yang termasuk
kitab Ayur Weda adalah kitab Caraka Sasmitha, Susruta Sasmitha, Astanggahrdaya,
Yogasara dan Kama Sutra.
Berdasarkan materi yang terdapat dalam
kitab Ayur weda maka isi kitab Ayur Weda
meliputi delapan bidang ajaran umum,yaitu :
a) Salya
yaitu ajaran mengenai Ilmu bedah
b) Salkya
adalah ajaran mengenai Ilmu penyakit
c) Kayakitsa
yaitu ajaran mengenai Ilmu obat-obatan
d) Bhuta
Widya yaitu ajaran mengenai Ilmu psikoteraphy
e) Kaumara
Bhrtya yaitu ajaran mengenai pendidikan anak-anak dan merupakan dasar bagi ilmu
jiwa anak-anak.
f) Agada
Tantra yaitu Ilmu toxikologi
g)
Rasayama Tantra yaitu Ilmu mujizat, dan
h)
Wajikarana Tantra yaitu Ilmu jiwa remaja
Kitab Caraka Samitha merupakan
bagian dari kitab Ayur Weda. Kitab tersebut memuat delapan bidang ajaran,antara
lain :
a) Sutrathana : isinya menguraikan tentang ilmu
pengobatan
b) Nidanasthana : isinya memuat tentang berbagai penyakit
yang bersifat umum
c) Wimanasthana : isinya menguraikan tentang ilmu pathologi
d) Sarithana : isinya menguraikan tentang ilmu
anatomi dan embryology
e) Indiyasthana : isinya menguraikan tentang material
diagnosa dan pragnosa
f) Cikitasasthana : isinya menguraikan tentang ajaran khusus
mengenai pokok–pokok ilmu therapy.
g)
Kalpasthanana : isinya menguraikan tentang ajaran dibidang
theraphy secara umumnya.
h)
Siddistana : isinya juga menguraikan tentang
pokok-pokok dibidang theraphy secara umumnya.
Berdasarkan catatan yang ada
kitab Kalpasthana dan kitab Siddhistana telah diterjemahkan kedalam bahasa Arab
dan Persia pada tahun 800 Masehi.
Kitab Susruta Samhita ditulis
oleh Bhagawan Susanta. Kitab ini isinya menguraikan tentang pentingnya ajaran
umum dibidang ilmu bedah. Disamping itu pula kitab Susruta Samhita mencatatkan
berbagai macam alat-alat yang dapat dipergunakan dalam pembedahan.
Kitab Yogasara dan Yogasastra
ditulis oleh Bhagawan Nagarjuna. Kedua kitab ini isinya menguraikan tentang
pokok-pokok ilmu yoga yang berhubungan dengan sistem anatomi dalam pembinaan
kesehatan, baik jasmani maupun rohani.
Kitab Kama Sutra ditulis oleh
Bhagawan Watsyayana pada abad ke-10 Masehi. Kitab Kama Sutra berhubungan dengan
kitab Wajikarana Tantra isinya menguraikan tentang ajaran ilmu jiwa remaja.
5) Gandharwa
Weda
Kitab Gandharwa Weda merupakan
bagian dari kitab-kitab Upaweda Gandharwa Weda sebagai kitab Smrti, juga
memiliki beberapa bagian kitab-kitab lagi, seperti: Natya Sastra, kitab Natya
Wedagama, Dewa Dasa Sahasri, Rasarnawa, Rasaratnasamucaya, dan yang lainnya.
Kitab Gandharwa Weda, isinya
menguraikan tentang berbagai aspek cabang ilmu seni.
6) Kama
Sastra
Kitab Kama Sastra adalah
termasuk kitab suci agama Hindu pada bagian Smrti (Upaweda). Kama Sastra
sebagai bagian dari jenis kitab Upaweda isinya menguraikan tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan asmara, seni atau rasa indah.
Didalam upaya untuk mewujudkan
salah satu tujuan hidup, umat beragama dipandang perlu untuk membangkitkan rasa
indah tersebut. Kebangkitan dari rasa indah manusia terbentuk untuk berbakti
kepada Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa, hendaknya dipedomi oleh Kama
Sastra. Karena dengan demikian asmara dan rasa indah yang muncul itu tentu
terarah /bernilai positif adanya.
Diantara kitab-kitab Kama
Sastra yang terkenal adalah karya dari Bhagawan Watsyayana.
7) Agama
Kitab Agama itu baru ada
setelah Agama Hindu ada dan berkembang didunia.
Menurut Veda, Agama Hindu boleh
dan dapat dipelajari oleh seluruh umat manusia. Hal ini termuat dalam kitab
Yajur Veda XVI.18 sebagai berikut:
“Yaatkeram
wacam kalyanin awadoni janebhyah,
Brahma
Rajanyabhyam cudraya caryaya ya siwaya caranayaca”
Artinya:
Biar kunyatakan disini kitab suni ini
kepada orang-orang banyak, kepada kaum Brahmana, kaum Ksatrya, kaum Sudra, dan
kaum waisya dan bahkan pada orang-orangku dan kepada mereka ( orang-orang
asing) sekalipun.
Berdasarkan bunyi
Cloka tersebut diatas dinyatakan bahwa kitab suci Veda dapat dipelajari oleh
siapa saja, tidak terkecuali. Namun menyadari akan kekurangan kesempurnaan kita
sebagai umatnya, maka tidak akan semuanya mempelajri dengan sempurna.
Disamping itu kita
sebagai umatnya perlu menyadari bahwa, veda sebagai sumber ajaran agama hindu
mengandung ajaran yang sangat tinggi.
Bagi mereka yang
belum dapat mempelajari Veda dapat belajar
agama Hindu berdasarkan kitab-kitab agama.
Kita agama isinya
memuat ajaran tentang keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan
petunjuk-petunjuk untuk melaksanakan tata cara persembahyangan.
Dari uraian di
atas dapat kita simpulkan bahwa jumlah kitab-kitab Smrti yang dapat kita
pergunakan sebagai petunjuk untuk meneta kehidupan berhubungan dengan Sang
Hyang Wdhi, banyak jenisnya. Hal ini sesuai dengan ucapan kitab Smrti (Dharma
Sastra) sebagai berikut :
wedo
‘khilo dharma mulam smrti cile ca tad widam
Acaracca
iwa sadhunam atmanastutirceva ca
(
Manawa Dharma sastra II.6)
Artinya:
Seluruh
weda merupakan sumber utama dari pada Dharma ( Agama hindu ) kemudian barulah
smerti , disamping kebiasaan – kebiasaan yang baik dari orang – orang yang
menghayati Veda ( Sila ) dan kemudian tradisi – tradisi dari orang – orang suci
( Acara ) serta terakhir adalah rasa puas diri sendiri (atmanastusti).
Tolong dishare sumbernya dong min
BalasHapusSumber nya ya dari buku kitab weda
HapusKitab weda karya siapa?
BalasHapus